Sahabat Yesus yang terkasih…
Tentu kita tidak asing lagi dengan ChatGPT. ChatGPT adalah bagian dari Conversational AI, yang mampu menghasilkan teks dan berinteraksi secara verbal. Perkembangan GPT dari versi 1 hingga GPT-4 menunjukkan peningkatan dalam kreativitas, akurasi, dan kemampuan multimodal. Namun, ChatGPT memiliki keterbatasan etis dan epistemologis, seperti bias, kurangnya pemahaman emosional, dan potensi misinformasi. Dalam sebuah artikel dengan judul “ChatGPT as a Modern Tool for Bible Teaching in Confessional Religious Education: A German View” yang ditulis oleh Mariusz Chrostowski & Andrzej Jacek Najda, akan mengeksplorasi potensi dan keterbatasan penggunaan ChatGPT sebagai alat bantu dalam pengajaran Alkitab di konteks pendidikan agama konfesional di Jerman.
Didaktik alkitab merupakan elemen penting dalam pendidikan agama konfesional terutama berkaitan dengan mempelajari teks, baik sendiri maupun berkelompok, dalam diskusi pleno dan pantomim. Namun, saat ini, kaum muda semakin banyak memperoleh pengetahuan mereka termasuk tentang Alkitab di internet, menggunakan teknologi baru seperti Kecerdasan Buatan (AI) dalam hal ini ChatGPT (Generative Pre-trained Transformers) mungkin merupakan contoh yang paling terkenal. ChatGPT dalam Pendidikan Agama dan Pengajaran Alkitab digunakan oleh lebih dari 50% pelajar usia 14–19 tahun di Jerman untuk tugas sekolah. Dalam pendidikan agama, ChatGPT juga digunakan sebagai Objek pembelajaran untuk diskusi etis dan teologis, serta Alat bantu pembelajaran untuk klarifikasi teks, eksplorasi konteks, dll.
Berikut merupakan Penerapan ChatGPT dalam 5(Lima) Tahap Didaktik Alkitab menurut J. Thes.
Contoh Penggunaan ChatGPT dalam Pengajaran Alkitab
Tahap Persepsi Awal (Initial Perception)
Contoh : Siswa membaca Kejadian 1:6–7 dan merasa bingung dengan frasa “memisahkan air di bawah dan di atas cakrawala”.
Tugas ChatGPT : Menjelaskan makna frasa tersebut secara metaforis.
Hasil : ChatGPT memberikan penjelasan bahwa “cakrawala” bisa dimaknai sebagai batas antara dunia fisik dan spiritual.
Tahap Analisis Teks
Contoh : Siswa diminta menganalisis Kejadian 1:1–2:4a sebagai puisi atau mazmur.
Tugas ChatGPT : Mengidentifikasi ciri-ciri puisi dalam teks tersebut.
Hasil : ChatGPT menyebutkan pola repetisi, progresi numerik, bahasa puitis, dan tema teologis.
Tahap Refleksi Mendalam
Catatan : ChatGPT tidak cocok digunakan di tahap ini karena tidak bisa menggantikan refleksi pribadi siswa.
Alternatif : Siswa bisa membandingkan interpretasi ChatGPT dengan pemahaman mereka sendiri.
Tahap Interpretasi Kritis
Contoh : Siswa diminta mencari hubungan Kejadian 1 dengan teks lain.
Tugas ChatGPT : Menyebutkan teks-teks terkait seperti Mazmur 104, Ayub 38–41, Kolose 1:15–17, dan Yohanes 1:1–3.
Hasil : ChatGPT menunjukkan hubungan teologis dan perbedaan dengan mitos penciptaan kuno.
Tahap Asimilasi Kreatif
Tujuan : Menyusun makna pribadi dan ekspresi kreatif.
Catatan : ChatGPT tidak digunakan di tahap ini karena fokusnya pada ekspresi orisinal siswa.
Tantangan dan Risiko Penggunaan ChatGPT
- Bias algoritmik : ChatGPT bisa memperkuat pandangan teologis tertentu dan mengabaikan perspektif minoritas.
- Validitas jawaban : Guru harus memverifikasi jawaban ChatGPT, yang sulit dilakukan dalam kelas besar.
- Privasi siswa : Risiko pengumpulan data pribadi melalui interaksi dengan AI.
- Interaksi manusia : Penggunaan berlebihan dapat mengurangi interaksi interpersonal dan kreativitas siswa.
- Eksklusivitas metode : Pendekatan reflektif berbasis teks bisa mengecualikan siswa dengan latar belakang religius yang lemah.
ChatGPT memiliki potensi besar sebagai alat bantu dalam pengajaran Alkitab, terutama dalam aspek kognitif dan analitis. Namun, penggunaannya harus bijak, terbatas, dan dikombinasikan dengan metode tradisional, dengan tetap menempatkan manusia sebagai pusat proses pendidikan. Berkah Dalem
Kontributor : Komsos








