PERTEMUAN II : “Sabarlah dalam kesesakan”

1. Tujuan

Memaknai kesabaran dan krisis (kesesakan)

2. Nyanyian Pembuka: O Tuhan Datanglah (MB 324)

Datanglah Tuhan, datanglah.
Datanglah Tuhan, datanglah.
Datanglah Tuhan, datanglah.
O Tuhan, datanglah.
     Kusedih Tuhan, datanglah.
     Kusedih Tuhan, datanglah.
     Kusedih Tuhan, datanglah.
     O Tuhan, datanglah.
Kunyanyi Tuhan, datanglah.
Kunyanyi Tuhan, datanglah.
Kunyanyi Tuhan, datanglah.
O Tuhan, datanglah.

3. Tanda Salib dan Salam

P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya

4. Doa Pembuka

     Allah Bapa yang Mahamurah, Engkaulah sumber kehidupan kami. Segala rencana atas hidup kami telah Engkau susun dengan penuh kasih. Akan tetapi, kami sadar bahwa kehidupan ini tidaklah selalu mulus. Kami perlu belajar untuk jatuh, untuk berjalan di jalan yang penuh lubang, juga belajar
untuk berhenti dan memaknai kasih-Mu. Bukalah hati kami untuk mencari kehendak-Mu dan memaknai setiap peristiwa dalam hidup kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang masa. Amin.

5. Pengantar

     Kita semua pernah mengalami kesesakan dalam hidup. Tak jarang kita mendengar atau mengalami sendiri, cobaan demi cobaan datang silih berganti. Dalam pertemuan sebelumnya, kita merenungkan berita anak -anak Indonesia yang kehilangan orangtuanya karena pandemi Covid -19. Apakah bisa kita bayangkan bagaimana (hancurnya) perasaan anak-anak tersebut?

     Pada pertemuan iman yang kedua ini, kita akan belajar dan berefleksi dari tokoh Yunus. Ia sudah berusaha untuk melarikan diri dari kehendak Tuhan . Akan tetapi, pilihannya untuk melarikan diri justru menjadi celaka bagi orang lain. Kegalauannya semakin menjadi ketika dia memutuskan untuk minta dilempar ke laut. Hidupnya serasa sudah berakhir di dalam perut ikan.

     Di dalam perut ikan, Yunus belajar untuk mencerna segala peristiwa yang terjadi. Yunus belajar bersabar untuk mendamaikan ego pribadinya dan kehendak Allah. Di dalam keputusasaan, Yunus berserah; ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus (Yun 2: 7).

6. Inspirasi Kitab Suci                                         (YUN 1:1-2:10)

                                          YUNUS MENGINGKARI PANGGILAN TUHAN

     Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersamasama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. 

     Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur nyenyak. Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata: “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” Lalu berkatalah mereka satu sama lain: “Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. 

     Berkatalah mereka kepadanya: “Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau  datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?“ Sahutnya kepada mereka: „Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan. “ Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: “Apa yang telah kauperbuat?“ –sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 

     Bertanyalah mereka: “Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.“  Sahutnya kepada mereka: “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.“ Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.  Lalu berserulah mereka kepada TUHAN,  katanya: „Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kau kehendaki. Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut keadaan TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar. 

     Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.

   Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya :  ” Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.

     Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus? Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN Allahku. 

     Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!

     Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat. 

7. Panduan Sharing Pengalaman

     “Sudah jatuh, tertimpa tangga pula!” demikian ungkapan yang sering terlontar ketika ketidakberuntungan bertubi-tubi datang. Tentu, situasi tersebut membawa kita ke dalam pergulatan yang tidak mudah diselesaikan. Bahkan, sering pula terlontar pertanyaan bernada protes kepada Tuhan dengan kata tanya “mengapa”.

     Pengalaman Yunus menjadi bahan refleksi kita bersama, bahwa sejauh apapun kita melangkah untuk menghindari kehendak Tuhan, kita tidak akan pernah lepas dari genggaman Tuhan. Selain itu, disposisi batin Yunus semakin merasa bersalah karena keberadaannya di dalam kapal tersebut membuat bencana bagi penumpang yang lain. Perasaan bersalah tersebut membuat Yunus terpaksa menebusnya dengan meminta untuk dicampakkan ke dalam laut. Keputusan tersebut merupakan keputusan terbesar Yunus karena mempertaruhkan hidup dan matinya.

     Setelah tiga malam tinggal di perut ikan, diceritakan selanjutnya, Yunus terhampar di pantai Niniwe. Yunus “dilahirkan” sebagai manusia baru dari lambung ikan yang menelannya. Selanjutnya, Yunus siap untuk melaksanakan kehendak Tuhan untuk menjadi nabi di tanah Niniwe.

     Saudara-saudari yang terkasih, kisah nabi Yunus yang telah kita renungkan memberi banyak inspirasi bagi kita. Maka, marilah kita saling berbagi pengalaman untuk mendalami tema pendalaman iman kita dan tentunya agar kita saling dikuatkan.

  1. Apa pengalaman “lari dari Tuhan” yang pernah Anda alami? Bagaimana Anda kemudian menyerah kepada kehendak Tuhan?
  2. Bagaimana Anda mengukur kesabaran diri Anda ketika sedang mengalami banyak masalah? Dengan cara bagaimana Anda mengolahnya?
  3. Ketika Anda mengetahui bahwa ada teman atau saudara yang sedang bergulat atau memiliki banyak permasalahan, apa yang sudah dan akan Anda lakukan?

8. Peneguhan

     Gereja Keuskupan Purwokerto, dalam bimbingan Roh Kudus, bercitacita menjadi paguyuban umat Allah yang beriman mendalam, tangguh dan dialogal serta sejahtera demi terwujudnya persaudaraan sejati, kehidupan bersama yang bermartabat dan berkeadilan, serta keutuhan ciptaan.

     Cita-cita Gereja kita, Keuskupan Purwokerto, salah satunya adalah menjadi paguyuban umat Allah yang beriman tangguh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tangguh berarti sulit dikalahkan, kuat dan tabah. Bercermin dari tema yang kita dalami saat ini, Yunus menjadi contoh sebagai pribadi yang memiliki iman yang tangguh. Di tengah cobaan, iman kita diuji, tetapi juga sekaligus ditempa untuk menjadi lebih kuat. Kekuatan dalam menghadapi cobaan merupakan karya Allah yang mengasihi kita, yang ingin menyelamatkan kita dari godaan-godaan yang menyesatkan.

     Ketangguhan iman Yunus juga dapat kita contoh sebagai semangat kita untuk hidup sebagai warga bangsa Indonesia. Slogan HUT Kemerdekaan RI ke-76, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh menjadi slogan yang juga dapat memberi semangat bagi kita untuk turut membangun bangsa kita.
Dalam keterangan resmi, dijelaskan bahwa makna slogan itu adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik. Di tengah keterpurukan yang terjadi, sekalipun kita juga sedang terpuruk, mari datang dan mengulurkan tangan untuk bahu membahu dan saling menguatkan.

9. Doa Penutup

     Yesus Kristus Raja Damai, hidup-Mu adalah teladan kami untuk setia kepada kehendak Bapa. Kami masih perlu belajar untuk menerima setiap peristiwa sebagai rencana Allah, terutama ketika kami dihadapkan kepada peristiwa hidup yang tidak enak. Bantulah kami untuk tetap kuat dan sabar dalam menghadapi kenyataan hidup. Ajarlah kami untuk selalu ingat kepadaMu sebagai teladan kesetiaan dan kesabaran dalam kesesakan. Dengan demikian, tercipta kedamaian dalam hati kami untuk menerima kehendak Bapa. Engkau kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin.

10. Berkat

P : Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
P : Semoga Allah yang Mahakuasa memberkati kita semua, Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Pertemuan iman kita sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.

11. Nyanyian Penutup “Hanya Pada-Mu Tuhan“ (MB 317)

Ketika badai melanda hidupku, kuberlindung pada-Mu Tuhan; pabila
ombak menimpa jalanku, kubersandar pada-Mu, Tuhan.
Hanya pada-Mu, Tuhan, harapku tlah kupautkan;
hanya pada-Mu, Tuhan, hidupku akan kusrahkan.
     Engkaulah Tuhan, cahaya jiwaku, penerang di jalan hidupku;
     Engkaulah Tuhan, penghibur diriku, kala sedih duka hatiku;
     Hanya pada-Mu, Tuhan,       Harapku tlah kupautkan;
hanya pada-Mu, Tuhan, hidupku akan kusrahkan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *