1. Tujuan
Memaknai kesabaran dan krisis (kesesakan)
2. Nyanyian Pembuka: “Kula Nuwun” (LAMPIRAN 8)
Kula nuwun, kula nuwun
Tuhan Yesus ketuk pintu hati kita
Jangan biarkan, jangan abaikan
Dia datang bawa keslamatan
Dalam iman gairah mewartakan
Kula nuwun, kula nuwun
Tuhan Yesus ketuk pintu hati kita
Kita diajak bergembira
Dia datang bawa keslamatan
Dalam iman gairah mewartakan.
3. Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U : Amin
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
4. Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahamurah, Engkaulah sumber kehidupan kami. Segala rencana atas hidup kami telah Engkau susun dengan penuh kasih. Akan tetapi, kami sadar bahwa kehidupan ini tidaklah selalu mulus. Kami perlu belajar untuk jatuh, untuk berjalan di jalan yang penuh lubang, juga belajar untuk berhenti dan memaknai kasih-Mu. Bukalah hati kami untuk mencari kehendak-Mu dan memaknai setiap peristiwa dalam hidup kami. Dengan pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang masa. Amin.
5. Pengantar
Kita semua pernah mengalami kesesakan dalam hidup. Tak jarang kita mendengar atau mengalami sendiri, cobaan demi cobaan datang silih berganti. Dalam pertemuan sebelumnya, kita merenungkan berita anak-anak Indonesia yang kehilangan orangtuanya karena pandemi Covid-19. Apakah bisa kita bayangkan bagaimana (hancurnya) perasaan anak-anak tersebut?
Pada pertemuan iman yang kedua ini, kita akan belajar dan berefleksi dari tokoh Yunus. Ia sudah berusaha untuk melarikan diri dari kehendak Tuhan. Akan tetapi, pilihannya untuk melarikan diri justru menjadi celaka bagi orang lain. Kegalauannya semakin menjadi ketika dia memutuskan untuk minta dilempar ke laut. Hidupnya serasa sudah berakhir di dalam perut ikan.
Di dalam perut ikan, Yunus belajar untuk mencerna segala peristiwa yang terjadi. Yunus belajar bersabar untuk mendamaikan ego pribadinya dan kehendak Allah. Di dalam keputusasaan, Yunus berserah; ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus (Yun 2:7).
6. Inspirasi Kitab Suci (YUN 1:1-2:10)
YUNUS MENGINGKARI PANGGILAN TUHAN
Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersamasama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.
Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur nyenyak. Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata: “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” Lalu berkatalah mereka satu sama lain: “Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.
Berkatalah mereka kepadanya: “Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?“ Sahutnya kepada mereka: „Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan. “ Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: “Apa yang telah kauperbuat?“ –sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.
Bertanyalah mereka: “Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.“ Sahutnya kepada mereka: “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.“ Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: „Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kau kehendaki. Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut keadaan TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.
Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya : ” Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus? Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN Allahku.
Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!
Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.
7. Aktivitas
A. Usia Anak
Membuat Hati yang Penuh Kasih
- Pendamping menggandakan gambar dalam LAMPIRAN 1 dan 2 sejumlah anak. Gambar tersebut berupa hati yang berisikan ayah, ibu, kakak-adik, kakek, nenek, guru, teman sekolah, dan hewan. Lampiran itu dipotong dan dikelompokkan berdasarkan gambar.
- Anak-anak diajak merenung dan mengingat orang-orang yang mereka kasihi. Kepada mereka kadangkala anak-anak melakukan kesalahan dan dosa. Dan kesalahan itu perlu ada pertobatan yaitu dengan cara mengasihi mereka.
- Untuk itu mereka diminta memilih beberapa gambar yang ingin mereka kasihi sebagai bentuk pertobatan.
- Gambar-gambar itu kemudian dilipat dua ke dalam gambar. Dan saling ditempelkan satu sama lain dengan gambar hati lain pada bagian luar gambar.
- Rangkaian hati itu bisa ditambahi tali atau benang wol sehingga di rumah bisa digantungkan.
B. Usia Remaja
- Salibku yang Yesus Panggul
- Diharapkan, anak-anak sudah bisa menulis.
- Pendamping menggandakan LAMPIRAN 3 dan dibagikan kepada masing-masing peserta. Dan mereka merangkai salib 3 dimensi tersebut sesuai dengan lipatan dan potongan yang ditentukan.
- Peserta diajak untuk hening sejenak merenungkan dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Kemudian dosa-dosa itu dituliskan dalam kertas kecil yang disediakan pendamping. Kertas kecil itu kemudian dilipat dan dimasukkan ke salib yang mereka buat melalui lubang yang disediakan.
- Setelah semua selesai, peserta diajak berdoa tobat:
Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Sungguh patut aku Engkau hukum sebab aku tidak setia kepada-Mu yang mahamurah dan mahabaik bagiku. Aku benci akan segala dosa-dosaku, dan berjanji, dengan pertolongan rahmat-Mu aku memperbarui hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah, ampunilah aku orang berdosa ini. Amin. - Setelah doa, anak-anak dijelaskan, bahwa salib Yesus itulah yang berisikan dosa-dosa kita. Yesus bukan memanggul dosa-Nya, melainkan dosa kita. Semakin banyak dosa kita, semakin banyak beban yang Dia panggul. Dia mau memanggul agar kita punya kesempatan berubah dan berbuah.
8. Peneguhan
Gereja Keuskupan Purwokerto, dalam bimbingan Roh Kudus, bercita-cita menjadi paguyuban umat Allah yang beriman mendalam, tangguh dan dialogal serta sejahtera demi terwujudnya persaudaraan sejati, kehidupan bersama yang bermartabat dan berkeadilan, serta keutuhan ciptaan.
Cita-cita Gereja kita, Keuskupan Purwokerto, salah satunya adalah menjadi paguyuban umat Allah yang beriman tangguh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tangguh berarti sulit dikalahkan, kuat dan tabah. Bercermin dari tema yang kita dalami saat ini, Yunus menjadi contoh sebagai pribadi yang memiliki iman yang tangguh. Di tengah cobaan, iman kita diuji, tetapi juga sekaligus ditempa untuk menjadi lebih kuat. Kekuatan dalam menghadapi cobaan merupakan karya Allah yang mengasihi kita, yang ingin menyelamatkan kita dari godaan-godaan yang menyesatkan.
Ketangguhan iman Yunus juga dapat kita contoh sebagai semangat kita untuk hidup sebagai wargabangsa Indonesia. Slogan HUT Kemerdekaan RI ke-76, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh menjadi slogan yang juga dapat memberi semangat bagi kita untuk turut membangun bangsa kita. Dalam keterangan resmi, dijelaskan bahwa makna slogan itu adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan, agar dapat mencapai masa depan yang lebih baik.Di tengah keterpurukan yang terjadi, sekalipun kita juga sedang terpuruk, mari datang dan mengulurkan tangan untuk bahu membahu dan saling menguatkan.
Anak-anak juga diajak menjadi tangguh. Tuhan Yesus berjuang dan menderita demi menebus dosa-dosa kita. Dia tidak pernah menyerah untuk melepaskan kita dari belenggu dosa. Seperti Yunus yang tidak menyerah menghadapi badai demi pertobatan. Ketangguhan Tuhan Yesus dan Yunus ini sebenarnya mendorong kita juga tangguh melawan godaan-godaan dosa. Semuanya adalah demi masa depankitayaitu Kerajaan Surga.
9. Doa Penutup
Yesus Kristus Raja Damai, hidup-Mu adalah teladan kami untuk setia kepada kehendak Bapa. Kami masih perlu belajar untuk menerima setiap peristiwa sebagai rencana Allah, terutama ketika kami dihadapkan kepada peristiwa hidup yang tidak enak. Bantulah kami untuk tetap kuat dan sabar dalam menghadapi kenyataan hidup. Ajarlah kami untuk selalu ingat kepada-Mu sebagai teladan kesetiaan dan kesabaran dalam kesesakan. Dengan demikian, tercipta kedamaian dalam hati kami untuk menerima kehendak Bapa. Engkau kami puji, kini dan sepanjang masa. Amin
10. Berkat
P : Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
P : Semoga Allah yang Mahakuasa memberkati kita semua, Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Pertemuan iman kita sudah selesai.
U : Syukur kepada Allah.
11. Nyanyian Penutup “Jalan Anak Tuhan “ (HPN No. 77)
Megalmegolmegalmegol, jalannya angsa
Tik tak tik tuk, tik tak tik tuk, jalannya kuda
Bum bumbumbum, bum bumbumbum jalannya gajah
Trililitralala jalannya anak Tuhan
Ikuti Tuhan ‘ku tak bimbang ikuti Yesus jalanku lurus.
Lampiran Pendalaman Iman Anak dan Remaja