Sahabat Yesus yang terkasih…
Ada sebuah artikel ilmiah yang bagus tentang Ekologi Integral, dengan judul Integral ecology as critical principle of environmental sustainability in the agri-food chain: Epistemological and ethical inputs from Laudato SI’ yang ditulis oleh Roberto Maier dan Paolo Monti dan diterbitkan pada jurnal Current Opinion in Environmental Science & Health tahun 2023 (Quartile 1).
Artikel ini mengeksplorasi bagaimana konsep Ekologi Integral dari ensiklik Laudato SI’ Paus Fransiskus dapat menjadi prinsip-prinsip yang kritis dalam studi dan kebijakan secara berkelanjutan, khususnya dalam konteks Rantai Agri Pangan atau Rantai Pasok (Supply Chain) dalam sektor pertanian dan pangan.
Penulis menyoroti tiga ide utama dari Laudato SI’ yang relevan dengan perkembangan terbaru dalam studi secara berkelanjutan:
A. Rasionalitas Plural : A Home Without Cosmologies
Laudato SI’ tidak memaksakan pandangan kosmologis tertentu, melainkan mendorong dialog terbuka antara Iman, Sains, dan Filsafat. Paus Fransiskus mengajak semua pihak untuk menangguhkan klaim absolut dan bekerja sama dalam merawat bumi. Dalam konteks Agri-Pangan, pendekatan ini menolak dominasi satu model atau indikator tunggal (misalnya pertanian organik vs. konvensional), dan mendorong kerja sama antar pendekatan yang berbeda. Prinsip ini mendukung kompleksitas dan pluralitas sebagai metode pengetahuan dan aksi.
B. Transdisiplinaritas : A Fraternity of Knowledge
Laudato SI’ menyerukan keterlibatan semua cabang ilmu pengetahuan, termasuk Humaniora, Seni, dan Sastra, dalam merawat bumi. Disiplin ilmu seperti Antropologi dan Sastra dianggap penting untuk memahami hubungan manusia dengan alam. Transdisiplinaritas yang dimaksud bukan pencampuran metode secara sembarangan, tetapi pencarian tema generatif bersama yang menyatukan berbagai bentuk pengetahuan. Keadilan sosial menjadi benang merah antara Laudato SI’ dan Fratelli Tutti (Ensiklik Paus Fransiskus, 2020), menekankan hubungan antara “jeritan bumi” dan “jeritan kaum miskin”.
C. Perluasan Komunitas Ilmiah (Peer Communities)
Paus Fransiskus menekankan pentingnya melibatkan komunitas marjinal (perifer) dalam pengambilan keputusan dan inovasi teknologi. Pengetahuan tidak hanya dinilai dari presisi teknis, tetapi juga dari kemampuannya membangun percakapan dan praktik bersama. Model seperti Post-Normal Science (PNS) dan Co-Production of Knowledge menekankan pentingnya partisipasi warga dan nilai-nilai budaya dalam ilmu pengetahuan. Teknologi yang berkembang dianggap tidak netral, oleh karena itu, pendekatan seperti Responsible Research and Innovation (RRI) dan Citizen Science menjadi penting untuk menciptakan inovasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan Ekologi Integral sebagaimana dijelaskan dalam artikel dan dikembangkan dari prinsip-prinsip Laudato SI’:
A. Dialog Antar Disiplin dan Pendekatan
- Agri-Food System yang menggabungkan pendekatan konvensional dan organik tanpa menegaskan satu model sebagai yang paling benar.
- Penelitian yang melibatkan Ilmu Alam, Sosial, Humaniora, dan Teologi untuk memahami dampak lingkungan secara holistik.
B. Keterlibatan Komunitas Lokal
Partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan terkait teknologi pertanian dan pangan.
C. Pendidikan dan Kurikulum
- Integrasi filsafat moral dan etika terapan dalam pendidikan tinggi, khususnya dalam studi lingkungan dan keberlanjutan.
- Penggunaan literatur dan seni untuk membangun kesadaran ekologis dan empati terhadap alam.
Konsep Ekologi Integral dari Laudato SI’ menawarkan kerangka kerja yang kuat untuk mengintegrasikan dimensi epistemologis, etis, dan sosial dalam studi secara berkelanjutan, khususnya dalam sistem Agri-Food System. Berkah Dalem
Kontributor : Komsos